MenurutDr. Zakiyah Darajat bahwa Tujuan Pendidikan islam secara keseluruhan yaitu pribadi seseorang yang menjadi insane kamil yang artinya manusia utuh rohani maupun jasmani dapat hidup dan berkembang secara wajar dan normal karena tawakalnya kepada Allah SWT. Iamenyatakan bahwa manusia bisa dibagi menjadi 3 golongan. 1. Manusia yang mencintai kesenangan. 2. Manusia yang mencintai kegiatan. 3. Manusia yang mencintai kebijaksanaan. Filsafat terbagi kedalam beberapa bidang dan menimbulkan suatu disiplin ilmu yang baru, misalnya, filsafat hukum, filsafat kebudayaan, filsafat agama dan masih banyak yang SatuanPendidikan : SMP Negeri Kudu Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas / Semester : VIII/Satu Materi Pokok : MENDEKATKAN DIRI KEPADA ALLOH DENGAN SHOLAT SUNNAH Alokasi Waktu : 2 Pertemuan (6 x 40 menit) A. Tujuan Pembelajaran 1. Tujuan 1 : a. Peserta didik dapat menjelaskan pengertian salat sunnah b. Tujuanpembelajaran merupakan suatu pernyataan yang spesifik yang dinyatakan dalam perilaku atau penampilan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk menggambarkan hasil belajar yang diharapkan. 18 Dalam konteks ke-Islam tujuan pendidikan ialah mewujudkan manusia sebagai hamba Allah yang dimaksud dengan hamba yaitu beribadah kepada Allah. Kenapas istem pendidikan Indonesia selalu berubah? 19. Apakah trasportasi menjadi penghalang untuk meraih pendidikan? 20. Apa dampak ketika pendidikan terkontaminasi dengan unsur politik? 21. Apa dampak ketika pendidikan terkontaminasi dengan unsur ekonomi? 22. Apa dampak ketika pendidikan terkontaminasi dengan unsur budaya? 23. PENDIDIKANAGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI Satuan Pendidikan : SDN Percontohan Kelas / Semester : II (Dua) / I (Ganjil) Tahun Pelajaran : 2022 / 2023 Pelajaran Kompetensi Inti (KI) Kompetensi Dasar (KD) 1 Nabi Muhammad SAW Teladanku A. Sikap Jujur Nabi Muhammad SAW B. Keuntungan Bersikap Jujur KI - 1 KI -2 KI - 3 KI - 4 1.15 2.15 TujuanPendidikan menurut imam Al Ghazaly adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah, bukan pangkat dan bermegah-megah, dan hendaklah seorang pelajar itu belajar bukan untuk menipu orang-orang bodoh atau bermegah-megahan. Pendidikan Islam menurut Al Ghazaly adalah untuk membentuk Pendidikan Akhlak. Menurut Muhammad Quthub TujuanPendidikan Menurut Islam. √ Islamic Base. Pendidikan adalah suatu sistem dan bidang di masyarakat atau suatu negara. Pendidikan secara makro bertujuan untuk membentuk SDM atau tenaga yang ahli pada bidang-bidang tertentu sekaligus memiliki qualifikasi bukan hanya pada aspek keahlian, namun juga moral. Sebagaipengingat akan pentingnya menjalankan pendidikan, berikut di bawah ini ayat-ayat Al-Quran tentang pendidikan. Silahkan disimak dengan baik, ya! 1. Surat Al-Alaq Ayat 1 - 5. "Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan," a Melaksanakan pembelajaran yang efektif, sehingga mampu mengembangkan potensi, baik akademik maupun non-akademik sesuai dengan bakat dan minat siswa Mengembangkan "Roh" Pendidikan Islam. b. Mengembangkan model pendidikan dan pengajaran secara seimbang dan sinergis antara Iptek dan Imtaq menuju Islam Kaffah. PENDIDIKANAGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI Satuan Pendidikan : SDN Percontohan Kelas / Semester : VI (Enam) / I (Ganjil) Tahun Pelajaran : 2022 / 2023 Pelajaran Kompetensi Inti (KI) Kompetensi Dasar (KD) 1 Indahnya Saling Menghormati A. Cara Membaca Q.S. Al-Kafirun B. Menulis Q.S. al-Kafirun C. Memahami makna Q.S. al-Kafirun KI - 1 MenurutSahertian (2000 : 1) mengatakan bahwa pendidikan adalah "usaha sadar yang dengan sengaja dirancangkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan." Sebuah hak atas pendidikan telah diakui oleh beberapa pemerintah. Pada tingkat global, Pasal 13 Kovenan Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya mengakui hak setiap orang atas pendidikan. 2 Para pendidik memberikan pemahaman kepada seluruh kaum muslimin tentang sarana-sarana tarbiyah Islam. 3- Kerjasama antara para pendidik dengan lembaga-lembaga, tokoh dan pakar di tengah masyarakat untuk mendirikan lembaga pendidikan yang diawasi dan diselenggarakan oleh para pendidik robbany. Hakikatpendidikan yang bersifat humanis teosentris pada dasarnya menitik beratkan hubungan manusia dengan Tuhannya atau Allah SWT dan menjabarkan iman dan taqwa itu sendiri. Dengan kata lain, hakikat pendidikan islam adalah penghubung Allah SWT dengan makhluknya terutama manusia melalui keimanan. 2. Pendidikan bernilai ibadah. Kesempatanini kita akan membahas mengenai degradasi, penjelasan mengenai degradasi ini juga akan diuraikan selengkapnya dibawah ini : Fakultas ekonomi universitas negeri semarang 2015 soal 1. dekha santany shin hye lovers idup adalah Gairah" saya Lingkungan tempat beinteraksi antara makhluk manusia dengan habitatnya 16. Pertanyaan tentang lingkungan pendidikan. 9lLB. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Mengutip dari qoidah fiqhiyah yakni "segala perkara mengacu pada tujuannya" dan pendidikanpun pasti mempunyai tujuan. Tujuan adalah sasaran yang akan dicapai oleh suatu aktivitas manusia. Setiap aktivitas manusia tentu saja memiliki tujuan tertentu. Karena sebuah aktivitas yang tidak memiliki tujuan akan berakhir sia-sia. Menurut Triyo Supriyanto, "Pendidikan apabila dipandang sebagai proses, maka proses tersebut tentu akan berakhir pada tercapainya suatu tujuan yang telah direncanakan. Demikian pula dengan pendidikan, adapun tujuan yang akan dicapai oleh pendidikan hakikatnya adalah suatu perwujudan dari nilai-nilai ideal yang terbentuk dalam diri manusia yang telah diinginkan".Tujuan pendidikan mestinya harus dipahami terlebih dahulu untuk apa manusia hidup dan di ciptakan oleh Allah ke Bumi ini. Sebab tujuan pendidikan beriringan dengan tujuan hidup manusia di Bumi. Jadi manusia dididik untuk mencapai tujuan hidupnya. Karena itu tujuan pendidikan Islam tidak jauh dari tujuan hidup manusia dalam Islam, yakni untuk menjadi seorang hamba Allah yang selalu bertaqwa kepada-Nya dan dapat mencapai kehidupan yang bahagia di dunia serta di akhirat. Dalam konteks sosial-masyarakat, bangsa serta Negara, maka nantinya pribadi yang bertaqwa ini menjadi rahmatan lil'alamin, baik dalam sekala kecil maupun sekala besar. Tujuan hidup manusia dalam Islam inilah yang kemudian dapat disebut dengan puncak tujuan pendidikan Islam. Beberapa hal yang merupakan tujuan pendidikan islam dalam beberapa sudut pandang yakni membentuk insan kamil yang muttaqin yang diimplementasikan dalam 3 hal yakni 1 Hubungan baik antara manusia dengan Sang penciptanya 2 Hubungan baik antara manusia dengan sesamanya dan yang ke 3 Hubungan baik antara mansia dengan lingkungannya. Dengan dmikian, melihat seperti apa tujuan yang sudah diuraikan diatas bahwa tujuan pendidikan Islam tiada lain adalah untuk melahirkan insan yang berakhlakul karimah serta senantiasa mengabdikan dirinya kepada Allah swt. Lihat Filsafat Selengkapnya Setiap manusia yang hidup pasti membutuhkan pendidikan baik pendidikan formal ataupun informal. Pendidikan formal adalah proses belajar dan mencetak keahlian melalui lembaga formal dan dilakukan secara profesional. Sedangkan pendidikan informal, proses belajar tidak melulu harus melalui lembaga, melainkan dilakukan secara mandiri pun juga tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan atau data saja. Pendidikan juga berfungsi untuk membangun karakter, moralitas, kemampuan, dan keahlian tertentu pada seseorang. Tanpa pendidikan, manusia tidak akan belajar, mengevaluasi proses hidupnya, dan memiliki kemampuan untuk bisa memenuhi hidup dan membangun islam, pendidikan juga sangat diutamakan. Proses menuntut ilmu dan belajar sudah diperintahkan oleh Allah sejak manusia mulai dari kecil hingga ia menuju ke liang lahat. Sebagaimana hadist Rasulullah “Carilah ilmu mulai dari buaian hingga ke liang lahat”.Pendidikan islam bukan hanya berkaitan dengan bagaimana orang mengenal agama dan fungsi agama, melainkan juga bisa mempraktekkan nilai-nilai dan panduan tersebut dengan baik dalam kehidupan diri, keluarga, dan masyarakat. Pendidikan islam bermaksud untuk membangun pondasi agar segala bidang yang ada di masyarakat bisa terbangun secara baik, benar, dan tidak menyesatkan Mengenai Pendidikan dalam IslamDalam islam terdapat dalil-dalil yang berkenaan mengenai pendidikan islam. Hal ini sebagaimana Al-Quran dan Hadist banyak memperingatkan manusia untuk mencari ilmu dan mengembangkan pengetahuan agar bisa memberikan manfaat luas di masyarakat. Hal ini sebagaimana islam hadir sebagai rahmatan lil Al Quran Surat Al Mujadalah ayat 11 “Wahai orang-orang yang beriman!Apabila dikatakan kepadamu,”Berilah kelapangan didalam majelis, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang berilmu beberapa derajat” Dalam ayat tersebut Allah memberikan informasi kepada umat islam bahwa di dalam majelis yaitu tempat untuk menuntut ilmu ditinggikan beberapa derajat bagi yang juga mempersilahkan orang yang lain untuk ikut dalam majelis. Hal ini berarti menunjukkan bahwa majelis ilmu adalah suatu hal yang penting diikuti sehingga Allah menyuruh untuk memberikan tempat duduk kepada yang lain walau harus ayat yang lain berkenaan dengan proses belajar adalah dalam Al-Quran Surat Al-Alaq. Hal ini menunjukkan bahwa Allah menyuruh kepada manusia untuk Iqro atau membaca. Dalam hal ini membaca tidak dibatasi pada membaca teks, namun juga membaca realitas, keadaan sekitar, dan apa yang nampak untuk bisa menyadari kekuasaan Allah dan mau untuk tunduk pada itu, pendidikan, bukan hanya sekedar bagaimana orang belajar di bangku formal. Pendidikan juga berbicara membaca keadaan dan Hadist “Dari Anas bin Malik ia berkata, Rasulullah saw, bersabda Mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim, memberikan ilmu kepada orang yang bukan ahlinya seperti orang yang mengalungi babi dengan permata, mutiara, atau emas” MajahDalam hadist di atas ditunjukkan bahwa untuk mencari ilmu adalah kewajiban dari setiap muslim. Mencari ilmu sama halnya sebagaimana muslim menjalani proses pendidikan. Pendidikan juga adalah kewajiban yang harus ditempuh oleh seorang ayat Al-Quran dan Hadist di atas, maka pendidikan dalam islam adalah suatu kewajiban terlebih hal yang berkaitan dengan islam-agama. Tidak ada satu alasan pun seorang muslim untuk melanggar kewajibannya dalam menuntut ilmu, melaksanakan Pendidikan Islam dengan yang LainPendidikan islam dengan pendidikan lainnya tentu memiliki perbedaan yang, walaupun secara umum tentunya pendidikan adalah proses untuk melakukan pembelajaran agar ada perubahan yang lebih baik dalam diri seseorang. Hal tersebut berakitan dengan skill, pola pikir, akhlak, atau masalah hidup lainnya. Berikut adalah hal-hal yang mendasar yang membedakan pendidikan islam dengan yang Ketauhidan ”Dan Ingatlah ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar”. QS Luqman 13Ayat diatas adalah bagaimana proses Luqman ketika proses memberikan pendidikan pada anaknhya. Luqman mengajarkan anaknya untuk tidak mempersekutukan Allah dan melakukan kezaliman. Hal ini menunjukkan bahwa ajaran Luqman, yang merupakan teladan pendidikan dalam sejarah islam, mengedepankan Tauhid sebagai landasannya.“Dan sungguh, telah Kami Berikan hikmah kepada Luqman, yaitu, “Bersyukurlah kepada Allah! Dan barangsiapa bersyukur kepada Allah, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa tidak bersyukur kufur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya, Maha Terpuji. Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, “Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar. Dan Kami Perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tua-nya. lbunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah engkau menaati keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku. Kemudian hanya kepada-Ku tempat kembalimu, maka akan Aku Beritahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”. QS 31 12-15Di ayat yang lain ini pula dijelaskan bahwa pendidikan pertama kali diawali dari orang tua dan keluarga. Seorang anak dididik dan dibesarkan pertama kali bukan dari lingkungan sekolah atau tempat bermainnya, melainkan dari orang tua. Untuk itu, pendidikan dari orang tua adalah hal yang cukup penting dan utama untuk untuk Mengabdi pada Allah ”Dan tidaklah Aku menciptakan Jin dan Manusia kecuali hanya untuk beribadah kepada-Ku” QS Adzariyat 54Allah menciptakan manusia semata-mata untuk mengabdi kepada Allah. Segala apa yang dilakukan di muka bumi berarti diorientasikan untuk bisa mengabdi sebaik-baiknya melaksanakan apa yang Allah juga penting dan sangat mempengaruhi cara kita untuk mengabdi kepada Allah. Tanpa pendidikan islam, manusia tidak akan banyak mengenal tentang islam, tentang Allah dan lain-lainnya termasuk mengenal aturan yang Allah proses belajar manusia akan mengenal Tuhan dan Ajaran dengan baik, sehingga bisa melaksanakannya dengan baik pula. Mustahil tanpa ilmu pengetahuan yang benar dan luas dapat benar-benar mengabdi, karena mengabdi pun butuh asumsi terlebih islam bertujuan untuk semakin mampu mengabdi kepada Allah. Sedangkan untuk pendidikan lainnya belum tentu bertujuan untuk hal tersebut, walaupun dalam hal teknis dan operasional bisa saja penerapannya ada yang sama dan berjalan Khalifah fil Ard, Membangun bukan Merusak Bumi “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi. . . . ” QS Al-Baqarah 30 Manusia semata-mata diciptakan Allah untuk menjadi khalifah fil ard, yaitu pemimpin di muka bumi, untuk melaksanakan pembangunan di bumi bukan malah justru merusaknya. Untuk itu, dengan pendidikan islam tujuan utamanya adalah membentuk manusia membangun bumi di berbagai sektor-sektor yang ada mulai dari Politik, Sosial, Budaya, Ekonomi, Pendidikan, Hukum, Keamanan, IPTEK, tersebut tidak bisa terbangun jika tidak ada misi islam untuk mensejahterakan masyarakat, menegakkan keadilan, memberikan solusi, dengan prinsip islam yang rahmatan lil alamin. Sedangkan pendidikan lainnnya yang bukan pendidikan islam belum tentu mengorientasikan sebagaimana pendidikan islam orang-orang yang menganggap bahwa pendidikan hanya untuk gelar, formalitas, dan juga sebagai kebanggaan diri. Islam tidak pernah mengajarkan hal tersebut. Aspek terpenting dari pendidikan adalah sejauh apa ilmu yang kita miilki mampu memberikan perubahan di dilaksanakannya Pendidikan IslamPendidikan islam memiliki tujuan yang ingin dicapai, khususnya untuk umat islam sebagai pemeluknya. Tujuan ini tidak lepas dari dasar diciptakan manusia hidup dan tinggal di muka bumi. Begitupun tujuan pendidikan islam tidak lepas dari orientasi Allah menciptakan manusia sebagai hamba yang harus taat dan patuh pada Agama dan Tuhan dengan Baik dan Benar Pendidikan islam bertujuan juga untuk bisa mengenalkan islam dengan baik dan benar. Tanpa pendidikan islam, kita bisa salah memahami dan tersesat dari jalan yang seahrusnya. Pendidikan islam yang kental membuat seseorang lebih bisa memahami secara mendalam dan lebih memahami berbagai masalah hati gelisah menurut islam salah satunya adalah karena dalam hidupnya tidak ada pegangan hidup. Jika manusia tidak mengenal agama dan Tuhan dengan benar maka kegelisahan akan muncul karena ia tidak memiliki tempat bergantung dan berserah diri dalam hidupnya. Untuk itu ada banyak manfaat beriman kepada Allah SWT, salah satunya adalah mendapatkan tuntunan hidup yang benar di jalan Pondasi atau Dasar dalam kehidupan Agama adalah dasar atau pondasi dalam kehidupan manusia. Rukun Islam dan Rukun Iman adalah pondasi dari pendidikan Islam dan Pendidikan Akhlak. Pendidikan islam bertujuan untuk membangun, memperkukuh, dan memperkuat pondasi tersebut dalam kehidupan manusia. Pembangunan dan perawatan pondasi tidak bisa sekali saja dilakukan, namun terus sekali manusia yang pintar, namun karena minim pendidikan agama akhirnya tidak mampu menghadapi berbagai tantangan nilai kerusakan sosial di masyarakat. Salah satu contohnya manusia tersebut sulit menerima kenyataan ujian kesulitan hidup. Dalam pendidikan islam tentunya hal ini diajarkan bagaimana menghadapi musibah dalam islam, agar tidak terjerumus jurang yang lebih dalam apalagi berputus asa. Ada bahaya putus asa dalam islam, untuk itu akhlak islam mengajarkan untuk bisa bersabar dan ikhlas menghadapi Menerapkan agamanya dalam kehidupan dan berbagai sektor kehidupan Tujuan pendidikan islam bukan sekedar untuk menambah ilmu semata, tetapi mengenal agama, hukum Allah diberbagai bidang, dan sunnatullah kehidupan lainnya yang tidak tertulis di Al-Quran seluruhnya Ayat-Ayat Semesta, Kauliyah.Persoalan agama tidak melulu hanya sekedar persoalan ritual dan spiritual. Bidang bidang kehidupan seperti ekonomi, budaya, sosial, dan lainnya juga sangat berkaitan erat dengan agama. Dengan mengenal agama dengan baik dan benar maka kita bisa memahaminya dan menerapkannya di berbagai sektor perintah Agama adalah menerapkan agama di segala sektor kehidupan, kita sadari bahwa Indonesia tidak seluruhnya memiliki keyakinan yang sama. Untuk itu perlu adanya toleransi terhadap ummat lain. Bukan berarti membenarkan ajarannya, namun sekedar bertoleransi. Ada sangat banyak manfaat toleransi antar umat beragama yang bisa didapatkan. Salah satunya adalah Islam dikenal sebagai agama yang rahmatan lil alamin serta membawakan Diri atas Lingkungan Agama Dengan adanya pendidikan islam tujuannya juga bisa mendapatkan pengondisian budaya dan lingkungan yang berbasis islam. Di tengah masyarakat yang liberal dan hedonis maka tentunya kita membutuhkan pengondisan agama untuk bisa memperkukuh keimanan dan akhlak di zaman saat ini sudah muncul ciri-ciri akhir zaman yang membuat kita harus semakin mengokohkan pondasi agama dan memberikan pendidikannya pada anak-anak, keluarga, dan lingkungan yang bisa kita ikut tengah zaman yang mulai banyak ditanami nilai liberal dan hedonis, tentunya sering kali membawa stress dan kegelisahan bagi diri kita yang masih memegang teguh keimanan. Islam mendidik dan mengajarkan bagaimana cara agar hati tenang dalam islam juga cara menghilangkan stress dalam islam. Hal ini merupakan bagian dari pendidikan akhlak islam yang ditanamkan agar manusia bisa fokus menjalani kehidupan dan berbuat baik dengannya. Untuk itu islam pun juga mengajarkan untuk tidak bersikap sombong dan tidak ikhlas. Sifat sombong dalam islam dan ciri-ciri orang yang tidak ikhlas dalam beribadah kepada Allah SWT tentu harus dipahami dan dihindari agar tidak merusak akhlak kita Pendidikan Islam Menurut Tokoh LainnyaTokoh-tokoh lainnya memiliki pendapat mengenai tujuan pendidikan islam. Imam Al Ghazali dan Muhammad Quthub adalah tokoh yang mewakili sosok ulama islam yang berbicara mengenai masalah Imam Al Ghazaly Tujuan Pendidikan menurut imam Al Ghazaly adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah, bukan pangkat dan bermegah-megah, dan hendaklah seorang pelajar itu belajar bukan untuk menipu orang-orang bodoh atau bermegah-megahan. Pendidikan Islam menurut Al Ghazaly adalah untuk membentuk Pendidikan Muhammad Quthub Tujuan pendidikan menurut Muhammad Quthub adalah lebih penting dari pada pendidikannya. Menurut Quthb tujuan umum pendidikan adalah manusia yang Taqwa, itulah manusia yang baik Islam tidak bergantung kepada sarana yang ada, melainkan bergantung dari tujuannya. Sarana bisa berganti kapanpun namun tujuan pendidikan islam untuk mencapai ketaqwaan tetaplah sama Memahami Konsep Dasar dan Lingkup KajianOleh; Wahdi SayutiA. Pengertian Pendidikan IslamMemahami pendidikan Islam dapat ditelusuri melalui keseluruhan sejarah kemunculan Islam itu sendiri. Tentu saja untuk memahaminya, tidaklah dipahami sebagai sebuah sistem pendidikan yang sudah mapan dan sistematis, melainkan proses pendidikan lebih banyak terjadi secara insidental bahkan mungkin lebih banyak yang bersifat jawaban dari berbagai problematika yang berkembang pada masa dalam Islam, secara bahasa memiliki terma yang sangat varian. Perbedaan ini tidak terlepas dari banyaknya istilah yang muncul dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits—sebagai sumber rujukan utama pendidikan Islam—yang menyebutkan kata kalimah yang memiliki konotasi pendidikan atau pengajaran. Setidaknya, ada empat 4 istilah yang digunakan untuk menyebutkan makna pendidikan, misalnya tarbiyah, ta’dib, ta’lim dan riyadhah. Tiga 3 dari empat 4 istilah tersebut pernah direkomendasikan oleh Konfrensi Internasional I tentang Pendidikan Islam di Mekkah pada tahun 1977.[1] Masing-masing terma tersebut, jelas memiliki aksentuasi dan implikasi yang berbeda. Berikut akan dijelaskan masing-masing istilah tersebut. 1. Al-TarbiyahMenurut Abdurrahman Al-Nahlawi, kata tarbiyah secara bahasa merupakan kata yang berasal tiga 3 akar kata, yakni, pertama raba – yarbu, yang berarti bertambah atau bertumbuh. Pengertian ini dapat dilihat dalam Al-Qur’an, surat Al-Rum, ayat 39.[2] Kedua, berasal dari rabiya-yarba, yang berarti menjadi dasar, dan yang ketiga, rabba-yarubbu, yang berarti memperbaiki, menguasai urusan, menuntut, menjaga dan memelihara. Pengertian ini dapat dilihat pada Al-Qur’an, surat Al-Isra, ayat 24.[3] Sementara, menurut Naquib Al-Attas, kata tarbiyah mengandung konotasi mengasuh, menanggung, memberi makan, mengembangkan, memelihara, menumbuhkan membentuk dan juga menjadikannya lebih matang. Dengan demikian, maka yang dimaksud dengan Al-Tarbiyah adalah proses mengasuh, membina, mengembangkan, memelihara serta menjadi kematangan bagi suatu objek. Bahkan dalam hal ini, Imam Baidawi memperjelas makna Tarbiyah dengan “Al Rabbu fi al Ashli bima’na al-Tarbiyah, wahiya al-Tabligh al-Syai’u ila kamalihi syai’an fa syay’an Al-Rabb asal katanya bermakna Tarbiyah, yakni menyampaikan atau mengantarkan sesuatu menuju ke arah kesempurnaan sedikti demi sedikit.2. Al-Ta’dibKata Ta’dib merupakan bentuk masdar dari kata addaba, yang berarti pengenalan dan pengakuan yang secara bertahap ditanamkan kepada manusia tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan sedemikian rupa, sehingga membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan Kekuasaan dan Keagungan Tuhan di dalam tatanan wujud dan keberadaannya.[4] Pengertian ini didasarkan pada Hadits Rasulullah saw. yang mengatakan “addabani rabbi fa ahsana ta’dibi” Tuhanku telah mendidikku, sehingga menjadikan baik pendidikanku. Kata Ta’dib ini menurut Naquib Al-Attas merupakan istilah yang lebih mendekati pemahaman ilm. Atau dengan kata lain Ta’dib dipahami sebagai istilah pendidikan yang lebih mengarah pada proses pembelajaran, pengetahuan dan pengasuhan. Oleh karenanya, Naquib beranggapan bahwa penggunaan istilah Ta’dib lebih proporsional ketimbang istilah Tarbiyah untuk menyebut istilah Pendidikan Al-Ta’lim Menurut Abdul Fattah Jalal dalam buku Minal Ushul al-Tarbawiyah fi al-Islam, istilah Ta’lim diartikan dengan proses yang terus menerus diusahakan manusia sejak lahir untuk melakukan pembinaan pengetahuan, pemahaman, pengertian, tanggung jawab dan penanaman amanah.[5] Batasan pengertian ini dipahami lebih luas cakupannya dibandingkan dengan istilah Al-Tarbiyah, terutama dalam konteks sequency cakupan dan wilayah subjek atau objek didiknya. Sementara menurut Athiyah Al-Abrasy, ta’lim diartikan dengan upaya menyiapkan individu dengan mengacu pada aspek-aspek tertentu saja. Al-Ta’lim merupakan bagian kecil dari al-tarbiyah alaqliyah, yang hanya mencakup domaik kognitif saja dan tidak menyentuh aspek domain afektif dan Riyadhah Istilah riyadhah merupakan istilah pendidikan yang digunakan dan dikembangkan oleh Imam Al-Ghazali untuk menyebutkan istilah pelatihan terhadap pribadi individu pada fase anak-anak, atau yang dikenal dengan riyadhatusshibyan.[6] Imam Al-Ghazali dalam mendidik anak, lebih menekankan pada domain afektif dan psikomotor dibandingkan penguasan dan pengisian domain kognitif intelektual. Dalam praksisnya, para pakar berbeda pendapat mengenai definisi pendidikan Islam itu sendiri. Berikut beberapa pendapat para ahli pendidikan Islam dalam mendefinisikan istilah Pendidikan Islam;a. Muhammad Athiyah Al Abrasyi; “Pendidikan Islam Al Tarbiyah Al Islamiyah adalah usaha untuk menyiapkan manusia agar hidup dengan sempurna dan bahagia, mencintai tanah air, sempurna budi pekertinya, teratur pikirannya, halus perasaannya, mahir dalam pekerjaan, manis tutur katanya baik lisan maupun D. Marimba; Pendidikan Islam merupakan bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran M. Yusuf Al Qardawi; pendidikan Islam adalah pendidikan manusia seutuhnya, akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak dan ketrampilannya. Karenanya pendidikan Islam menyiapkan manusia untuk hidup baik dalam keadaan damai maupun perang dan menyiapkannya untuk menghadapi masyarakat dengan segala kebaikan dan kejahatannya serta manis dan pahitnya.[7]d. Hasan Langgulung; Pendidikan Islam merupakan suatu proses penyiapan generasi muda untuk mengisi peranan, memindahkan pengetahuan dan nilai-nilai Islam yang diselaraskan dengan fungsi manusia untuk beramal di dunia dan memetik hasilnya di akhirat.[8]e. Azyumardi Azra; Pendidikan Islam merupakan salah satu aspek saja dari ajaran Islam secara keseluruhan. Karenanya, tujuan pendidikan Islam tidak terlepas dari tujuan hidup manusia dalam Islam, yaitu untuk menciptakan pribadi-pribadi hamba Allah yang selalu bertaqwa kepada-Nya dan dapat mencapai kehidupan berbahagia di dunia dan akhirat.[9]f. Zakiyah Daradjat; Pendidikan Islam merupakan proses pembentukan kepribadian manusia sebagai muslim.[10]Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka yang dimaksud dengan pendidikan Islam adalah proses bimbingan kepada manusia yang mencakup jasmani dan rohani yang berdasarkan pada ajaran dan dogma agama Islam agar terbentuk kepribadian yang utama menurut aturan Islam dalam kehidupannya sehingga kelak memperoleh kebahagiaan di akhirat yang muncul dan dapat didiskusikan adalah dari beberapa istilah tersebut tarbiyah, ta’dib, ta’lim dan riyadhah manakah yang relevan untuk menyebutkan dan mewakili istilah pendidikan Islam?, Pertanyaan lain yang dapat dimunculkan adalah “apakah pendidikan Islam itu sama atau berbeda dengan pendidikan pada umumnya berkaitan dengan dasar sumber, orientasi serta nilai yang ditransfer”.B. Pengertian Ilmu Pendidikan Islam Secara sederhana yang dimaksud dengan Ilmu Pendidikan Islam adalah ilmu yang membahas dan memuat teori tentang pendidikan Islam. Akan tetapi, yang menjadi pertanyaan apakah dalam Ilmu Pendidikan Islam, terdapat teori yang tidak berdasarkan Islam?. Untuk memberikan pemahaman yang komprehensif tentang Ilmu Pendidikan Islam ini, maka akan diulas terlebih dulu mengenai pengertian ilmu itu sendiri. Menurut Ahmad Tafsir, Ilmu merupakan pengetahuan yang logis dan mempunyai bukti empirik dan dilakukan dengan cara riset penelitian.[11] Singkatnya—menurut Tafsir—yang dimaksud dengan ilmu haruslah memuat objek yang empiris serta dapat diterima dengan logis. Lebih lanjut, Tafsir membuat matriks pengetahuan manusia sebagai berikutTabel 1. Matriks Pengetahuan ManusiaDiadaptasi dari Ahmad TafsirBerdasarkan pengertian dan matriks di atas, maka yang dimaksud dengan ilmu adalah pengetahuan yang diperoleh manusia atas dasar riset, bersifat empiris dan dapat dilakukan dengan menggunakan indera dan akal. Pertanyaannya kemudian, apakah Pendidikan Islam sudah memenuhi aspek-aspek tentang Ilmu tersebut atau belum?. Jika sudah maka Pendidikan Islam dapat dikategorikan sebagai ilmu science, akan tetapi jika salah satu syaratnya hilang, maka Pendidikan Islam belum “layak” dikategorikan sebagai suatu ilmu science. Seperti disinggung dimuka, bahwa Ilmu Pendidikan Islam secara teoritikal merupakan pengetahuan yang membahas tentang teori-toeri pendidikan yang berdasarkan atas Islam, yang oleh karenanya pembahasan yang dimuat dalam Ilmu Pendidikan Islam adalah teori-teori yang terkait dengan pendidikan dalam perspektif Al-Qur’an dan Ruang Lingkup Ilmu Pendidikan Islam Sebagaimana pengertiannya, maka lingkup bahasan yang menjadi kajian Ilmu Pendidikan Islam ini adalah masalah-masalah pendidikan atas dasar ajaran Islam yang mencakup aspek tujuan, pendidik, anak didik, bahan, metode, kurikulum, alat, evaluasi dan lembaga-lembaga yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan Fungsi Pendidikan Islam Secara sederhana, fungsi Pendidikan Islam adalah sarana untuk menyediakan fasilitas yang dapat memungkinkan tugas pendidikan Islam dapat tercapai dan berjalan dengan lancar. Menurut Kurshid Ahmad, fungsi pendidikan Islam adalahAlat untuk memelihara, memperluas dan menghubungkan tingkat-tingkat kebudayaan, nilai-nilai tradisi dan sosial serta ide-ide masyarakat dan nasionalAlat untuk mengadakan perubahan, inovasi dan perkembangan yang secara garis besarnya melalui pengetahuan dan skill yang baru ditemukan dan melatih tenaga-tenaga manusia yang produktif untuk menemukan perimbangan perubahan sosial dan Sumber RujukanArifin, HM., Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta Bumi Aksara, 2000, Azyumardi, Pendidikan Islam; Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru, Jakarta PT. Logos Wacana Ilmu, 2000, Zakiah, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta Bumi Aksara, 2000, cet. ke-4Muhamin, Pemikiran Pendidikan Islam; Kajian Filosofis dan Kerangka Dasar Operasionalisasinya, Bandung PT. Trigenda Karya, 1993, cet. ke-1Mulkhan, Abdul Munir, Nalar Spiritual Pendidikan; Solusi Problem Filosofis Pendidikan Islam, Yogyakarta PT. Tiara Wacana, 2002, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta Kalam Mulia, 1994, cet. ke-1Soebahar, H. Abd. Halim, Wawasan Baru Pendidikan Islam, Jakarta Kalam Mulia, 2002, Ahmad, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung PT. Remaja Rosdakarya, 2001, pada perkuliahan Kedua Mata Kuliah Ilmu Pendidikan Islam di Program Studi Pendidikan IPS, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Rabu, 09 Maret 2011[1]Lihat, Abdul Halim Soebahar, Wawasan Baru Pendidikan Islam, Jakarta Kalam Mulia, 2002, h. 2. Konfrensi tersebut merekomenadikan bahwa yang dimaksud dengan pendidikan Islam adalah “totality in context of Islam inherent in the conotation of three each these term conveys concerning man in his society and environment in relation to God Islam related to ten other and together they represent the scope of education in Islam both “Formal” and “non Formal” Conference Book, 1997 1.[2]Wa mã ãtaitum min ribban liyarbũ fi amwãli al-nas falã yarbũ inda Allah Dan suatu riba tambahan yang kalian berikan agar dia menambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah.[3]… rabbi irhamhumâ kamâ rabbayâni shaghirâ ya Tuhan, sayangilah keduanya ibu-bapak sebagaimana mereka telah memelihara mengasuhku sejak kecil.[4]Muhaimin, Pemikiran Pendidikan Islam; Kajian Filosofisdan Kerangka Dasar Operasionalisasinya, Bandung PT. Trigenda Karya, 1993, h. 133-134[5]Lihat, Abd. Halim Soebahar, Op. Cit., h. 4-5, dan Muhamin, Ibid., h. 132[6]Muhaimin, h. 134[7]Yusuf Al Qardhawi, Pendidikan Islam dan Madrasah Hasan Al-Banna, terj. Prof. H. Bustami A. Ghani dan Drs. Zainal Arifin Ahmad, Jakarta Bulan Bintang, 1980, h. 157[8]Hasan Langgulung, Beberapa Pemikiran tentang Pendidikan Islam Bandung Al Ma’arif, 1980, h. 94[9]Azyumardi Azra, Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru, Jakarta PT. Logos Wacana Ilmu, 2000, h. 8[10]Zakiyah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta Bumi Aksara, 2000, cet. ke-4, h. 27-28[11]Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung PT. Remaja Rosdakarya, 2001, h. 15 A. Perspektif Alquran dan Hadist tentang Tujuan Pendidikan Konsep tujuan pendidikan menurut Umar Muhammad At-Taumi Ash-Shaibani adalah perubahan yang diinginkan melelui proses pendidikan, baik dalam tingkah laku individu pada kehidupan pribadi, kehidupan masyarakat, dan alam sekitar maupun pada proses pendidikan serta pengajaran itu sendiri. Berdasarkan konsep ini, pendidikan dipandang tidak berhasil atau tidak mencapai tujuan apabilatidak ada perubahan pada diri peserta didik setelah menyelesaikan suatu progam pendidikan. Agar dapat terukur, sebelum melakukan proses pendidikan perlu dibuat rumusan-rumusan tujuan yang jelas. Rumusan tersebut dapat digali dari sumber pendidikan Islam yaitu Alquran dan hadist. Berikut ini akan dikemukakan ayat-ayat Alquran dan hadist yang berkenaan dengan tujuan pendidikan. Diantanya bertakwa kepada Allah, beriman, dan berakhlak Bertakwa kepada Allah Berdasarkan rumusan para ahli tujuan pendidikan salah satunya yaitu membentuk peserta didik menjadi insane yang saleh dan bertakwa kepada Allah. Allah berfirman dalam Surat Al-Hujurat 13 يَاَيُّهَااالنَّاسُ اِنَّا خَاَقْنَكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثَى وَجَعَلْنَكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَا ئِلَ لِتَعَا رَفُوْا اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَاللهِ اَتْقَكُمْ اِنَّ اللهَ عَلِيْمً خَبِيْرَ Artinya Wahai manusia sungguh kami telah menciptakan kau dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia diantara kau di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah maha mengetahui, maha teliti. Ketakwaan dasalehan itu ditandai dengan kemapanan akidah dan keadilan yang mewarnai segala aspek kehidupan seseorang yang meliputi pikiran, perkataan, perbuatan, pergaulan dan lain sebagainya. Untuk mencapai tujuan pendidikan terdapat empat hal yang mesti di perkenalkan kepada peserta didik melalui materi yang di ajarkan yaitu Memperkenalkan kepada mereka, bahwa manusia secara individu. Memperkenalkan kepada mereka, bahwa manusia sebagai makhluk sosial. Memperkenalkan kepada mereka bahwa alam ini ciptaan Tuhan dan mengajak peserta didik memahami hikmah Tuhan menciptakannya. Memperkenalkan kepada mereka pencipta alam dan mendorong mereka beribadah. Keempat hal di atas di sebut oleh al- jamali sebagai inti dari tujuan pendidikan islam yaitu mengenal Allah dan bertakwa kepada-Nya. Sehubunagn dengan takwa sebagai tujuan pendidikan, berikut ini hadist yang sesuai عن أبي هريرة رضي الله عنه سءل رسول الله صلى الله عليه وسلم مَنْ اًكْرَمَ الناسِ قال أَّتقاهم لله Artinya Abu hurairah meriwayatkan bahwa rasulullah ditanya, “Ya, Rasulullah, siapa manusia yang paling mulia?” Beliau menjawab, “Orang yang paling bertakwa.” HR. Muslim Hadist ini menunjukkan bahwa manusia yang paling mulia adalah yang paling tinggi tingkat ketakwaannya. Sikap takwa mengalahkan semua indikasi kemulian martabat yang lain. Simbol-simbol kemodernan dan kesejahteraan yang dimiliki oleh seseorang tidak dapat mengalahkan sikap takwa. Hal itu berarti bahwa kendatipun sesesorang memiliki keterampilan menggunakan teknologi mutakhir dan memiliki kekayaan yang melimpa, tetapi ia tidak bertakwa kepada Allah, maka sesungguhnya ia belum dapat dimasukkan kedalam kategori orang yang paling mulia. 2. Beriman dan berilmu Ilmu pengetahuan dalam perspektif Islam sangat erat kaitannya dengan iman, iman dibangun atas dasar ilmu pengetahuan maka bertambahnya ilmu identik dengan bertambahnya iman. Dalam Surat Ali- Imran Ayat 190-191 ditegaskan اِنَّ فِيْ خَلْقِ السَّمَوَتِ وَاْلَارْضِ وَاخْتِلَافِ اْلَيْلِ وَالنَّهَارِ لَاَيَتِ لِاُوْلِى اْلْاَلْبَابِ اَلَّذِيْنَ يَذْ كُرُوْنَ الَلَه قِيَامًا وَّقُعُوْدًا وَعَلَ خُنُوْ بِهِمْ وَيَتَفَكَّرُوْنَ فِيْ خَلْقِ السَّمَوَتِ وَالْاَرْضِ رَبَّنَا مَاخَلَقْتَ هَذابَاطِلَا سُبْحَنَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ Artinya Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi seraya berkata “Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka. Dalam ayat diatas memperbincangkan tentang orang berakal ulul Albab orang yang dapat mengombinasikan antara dzikir dengan piker atau sebaliknya. Ketika dia berfikir, meneliti atau mengkaji alm sekitar munculah dzikirnya dan ketika dia berdzikir munculah pikirnya. Sehingga setiap kali dia sampai kepada suatu kesimpulan maka kajiannya, jiwanya yang paling dalam berucap “ Hal ini Allah ciptakan dengan tidak sia-sia, semuanya berguna dan bermanfaat bagi manusia”. Menyimak hal tersebut maka dalam tujuan pendidikan salah satunya harus mewujudkan peserta didik yang beriman kepada Allah, karena dengan takwa dan beriman kepada Allah maka akan mewujudkan peserta didik yang berakhlak muliadan berprilaku terpuji. Berkaitan dengan iman, terdapat hadist berikut عن سفيان بن عبد الله الثقفي قال قلتُ يا رسول الله قل لي في الإسلام قولا لا اسألُ عنه احدا بعدك قال قل امنتُ بالله فستقمْ Artinya Sufyan bin Abdullah Ats- Tsaqafi meriwayatkan bahwa ia berkata kepada rasulullah, “Ya, Rasulullah, katakanlah kepada saya sesuatu tentang Islam yang tidak akan saya tanyakan lagi sesudah engkau.” Nabi berkata,” Katakanlah, “Saya beriman kepada Allah.” Lalu tetaplah pendirianmu. HR. Muslim dan Ahmad. Hadist diatas menjelaskan bahwa iman kepada Allah dan Istiqomah dengan pengakuan keimanan itu merupakan suatu hal yang sudah cukup dan memadai bagi seorang Muslim. Oleh karena itu, para pendidik harus berusaha agar peserta didik memiliki iman yang kuat dan teguh pendirian dalam melaksanakan runtutan iman tersebut. Jika seorang yang beriman diyakini sebagai orang yangdimuliakan dan diistimewakan oleh Allah didunia dan akhirat, maka seyogianya segala proses pendidikan Islam diarahkan untuk mencapai derajat itu. 3. Berakhlak Karimah Misi utama Rasulullah SAW adalah menyempurnakan kemuliaan Akhlak, maka proses pendidikan diarahkan menuju terbentuknya pribadi dan umat yang berakhlak mulia. Hal ini sesuai dengan penegasan Allah dalam firmannya Surat Al- Ahzab 21 لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةْ لِمَنْ كَانَ يَرْجُوْااللَه وَالْيَوْمَ اْلَاخِرَوَذَ كَرَاللهَ كَثِيْرَا Sungguh, telah adad pada diri rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu yaitu orang yang mengharap rahmat Allah dan Kedatangan Hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah. Dalam hal ini dapat dilihat dari sebuah hadist berikut عن أبي هريرة رضي الله عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم إنما بعثتُ للأتمّم مكارم الأخلاق Artinya Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasullah SAW bersabda “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak.” HR. Al-Baihaqi. عن جابر بن عبد الله قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلّم إنَّ الله بعثني بتمام مكارم الأخلاق وكمال محاسن الأفعال Jabir bin Abdullah berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah mengutusku dengan tugas membina kesempurnaan akhlak dan kebaikan pekerjaan. HR. Ath-Thabrani Kedua hadist diatas menujukkan dengan tegas bahwa misi utama Rasulullah adalah memperbaiki akhlak manusia. Beliau melaksanakan misi tersebut dengan menghiasi dirinya dengan berbagai akhlak yang mulia dan menganjurkan agar umatnya senantiaa menerapkan akhlak tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan secara tegas, beliau mengatakan bahwa kualitas iman seorang dapat diukur dengan akhlak yang ditampilkannya. Itu berarti bahwa semakin bagus kualitas iman seseorang Akan semakin baik pula akhlaknya. Dengan kata lain, akhlak seseorang yang buruk merupakan pertanda bahwa imannya juga buruk. Para ahli pendidikan Islam telah merumuskan tujuan pendidikan yang merangkum maksud-maksud hadist diatas. Rumusan tersebut yaitu sebagai berikut Tujuan pendidikan Islam adalah terbentuknya insan kamil yang didalamnya memiliki wawasan kaffah agar mampu menjalankan tugas-tugas kehambaan, kekhalifaan, dan pewaris nabi. Rumusan tujuan hasil keputusan seminar pendidikan Islam se-Indonesia tanggal 11 Mei 1960 di Cipayung, Bogor; tujuan pendidikan Islam adalah menanamkan takwa, akhlak, serta menegakkan kebenaran dalam rangka membentuk manusia yang berpribadi dan berbudi luhur menurut ajaran Islam. Sehubungan dengan pernyataan tentang tujuan pendidikan yang mencangkup tiga hal diatas yakni bertakwa kepada Allah, beriman dan berilmu, dan juga berakhlak yang mulia terdapat sebuah firman Allah SWT yang mencangkup tiga hal tersebut yakni sebagai berikut Artinya Apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada azab akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. Ayat ini menafikan kesamaan orang musyrik dengan orang-orang yang taat kepada allah; orang yang taat beribadah kepada Allah lebih beruntung dari pada orang-orang yang musyrik. Selain menafikan kesamaan orang musyrik dengan orang yang taat beribadah kepada-Nya, ayat ini juga menafikan kesamaan orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu; ilmu semestinya dapat membangun pribadi yang menyadari akan kekuasaan dan kemahabesaran Allah sehingga dia menjadi ulul al-bab. Keadaan ilmu mestilah berpengaruh terhadap pikiran, perasaan, dan perilaku orang yang berilmu tersebut. Pengaruh inilah yang membuat diri yang berpredikat saleh, takwa, atau ulul al-bab. Ada tiga indikator yang menunjukan terbentuknya predikat tersebut. Atau dengan kata lain ada tiga indikator yang menunjukan bahwa telah terciptanya tujuan pendidikan pada peserta didik. Pertama qanitun ana al-layl sajidan wa qo’iman. Dia menjadi orang yang sangat taat dalam menjalankan ibadah walaupun dalam keadaan apapun tetap taat melaksanakan ibadah apa saja yang si perintahkan Allah dan Rasul-Nya. Kedua yahdar al-akhirah takut kepada azhab akhirat. Dia sangat berhati-hati dalam menjalankan kehidupannya jika suatu kegiatan yang sedang di hadapinya itu dapat merugikan dan mengorbankan kebahagiaannya di akhirat maka kegiatan itu langsung di tinggalkan. Ketiga yarju rahmata robbik mengharap rahmat Tuhannya. Orang yang saleh selalu mengharapkan rahmat-Nya jika kegiatan yang tidak ada manfaatnya atau tidak berorientasi kepada rahmat Allah tidak menjadi perhatiaannya bahkan dia menjauh dari kegiatan tersebut. Ketiga karakter diatas ini dapat pula membentuk pribadi yang sabar menerima cobaan dari Allah, baik cobaan dalam menghadapi musibah, dalam menghadapi maksiat, ataupun dalam ketaatan kepadanya, dimana kesabaran itu perpanjangan dari kesholehan dan ketakwaannya. Ayat diatas menggambarkan pula efek atau dapat dari kesalehan dan ketakwaan terhadap pribadi yang saleh, takwa, dan ulul albab tersebut, yaitu kebahagian didunia dan balasan diakhirat yang tiada terkira.

pertanyaan tentang tujuan pendidikan islam